Rasanya Kasih Sayang

Kehidupan tidak akan pernah jauh dari kegiatan sosial, walau sekecil apapun seperti KBM di sekolah, makan bersama keluarga, bermain bersama teman, dan lainnya. Namun, perlu disadari bahwa semuanya tidak pernah berjalan mulus seperti setrika. Ada tangis, cemburu, kekecewaan, sakit hati, kesalahpahaman, perselisihan, dan lainnya. Semua perasaan negatif itu bercampur aduk karena ada satu penyebab, perasaan. Perasaan sayang yang lebih dari persaudaraan, kekeluargaan, dan pertemanan. Sesungguhnya, perasaan ini mampu membutakan kita, apabila kita menghayati perasaan ini dengan kesetiaan.

Kasih sayang benar-benar memberikan kita kebahagiaan, harapan, kepercayaan, diperhatikan, dan seolah dunia serasa milik berdua dengan pasangan yang kita kasihi. Tak peduli dengan keadaan sekitar atau pemikiran negatif orang tentang hubungan yang terjalin. Hanya sang kekasih yang mampu membuat kita diam, menyita waktu untuk memikirkan dia seorang, dan hanya dia pula yang mampu membuat kita seolah mati rasa dan tiada guna melanjutkan hidup.

Contoh, saya pernah mendengar berita bahwa ada sepasang kekasih yang mati bunuh diri layaknya Romeo-Juliet, karena hubungan mereka ditentang oleh orang tua masing-masing. Saya pikir mereka begitu bodoh, dan kelakuan mereka seperti anak kecil yang jika permintaannya tak dipenuhi maka sang anak akan menangis. Mungkin karena saya masih bau kencur dan belum pernah mengalami (bukan mati bunuh diri) rasanya dicintai dan mencintai seseorang dengan kesungguhan hati namun tak direstui oleh orang tua maka saya mengatakan seperti itu. Memang, banyak orang mengatakan bahwa keputusan orang tua adalah yang terbaik sehingga kita sebagai anak pun harus mendengarkan dan pendapat kita pun diabaikan. Cinta--kata yang lebih akrab di telinga--seperti sihir yang membuat kita pun nekat melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Akibat contoh di atas hanya membuat orang tua sedih dan membuang-buang uang cuma-cuma untuk mengurusi pemakaman orang bodoh yang tak bisa berpikir dewasa.

Atau seperti Michael Jackson dengan Lisa Marie Presley--anak mendiang Elvis Presley, King of Rock n Roll--yang menikah secara diam-diam di sebuah pulau kecil Caribbean pada tahun 1994. Pada sebuah wawancara, mereka terlihat sangat hangat dan menikmati hubungan mereka tersebut. Namun, siapa sangka, semua itu klise. 20 bulan kemudian, sepasang suami-istri yang berbeda 10 tahun itu resmi bercerai tanpa satupun keturunan.

Selain cinta dapat membutakan kita, cinta juga dapat membuat kita terpuruk. Karena kehilangan belahan jiwa, seseorang pun dapat terpuruk dalam kesedihan yang tak pernah ada habisnya dan membuat kita entah takut atau setia dengan cinta yang sebelumnya sehingga sosok yang kita cintai seolah menutup dan membekukan hati ini tanpa mengharapkan kehadiran orang lain yang akan mencairkannya kembali. Bukan hanya itu, cinta dapat mengubah perasaan dari yang begitu menyayangi menjadi api kebencian. Atau, yang paling buruk adalah rasa perih karena tak terbalasnya rasa yang kita pendam. Menyakitkan? Ya. Tapi apa daya, begitulah cinta yang sebenarnya. Seperti kehidupan yang selalu berliku dan tak habisnya kepalsuan. Cinta seperti janji yang jika ditepati, rasanya berbunga-bunga dan kepercayaan pun tak akan pernah diragukan. Sebaliknya, jika janji itu diingkari kepercayaan pun pupus.

Perlu disadari bahwa mungkin cinta yang kita lihat tak seperti aslinya. Manis seperti permen, bahagia yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dan kepercayaan seperti simpul tali yang terikat dengan kuat sungguh akan terasa saat hubungan itu dimulai, namun semua itu semu. Kepahitan dan kesedihanlah yang akan menggantikannya seperti hubungan Michael dengan Lisa yang akhirnya menuntun mereka menuju pintu perpisahan jika kita tak kuat menahan segala beban masalah dan perselisihan yang menghadang. Hanya obat kesetiaan dan kesabaran yang mampu mengobati gejala-gejala penyakit itu.

Sumber : Facebook, April 14 2010

Comments