Kami Masih Menggenggam Tanganmu
Hari mengeja
Pelan tanpa decak
Berbaur bersama langit yang terbaring
Tenggelam dalam riuhnya kicauan burung
Tanpa ubahnya detak waktu yang berbaris
Absurd
Legamnya siang berkunjung
Citramu kabur di antara cerita yang mengambang
Tangis nyaris pecah ketika ulu hati bergetar
Relung terlalu pekat untuk menggelar senyum
Setipis apapun
Sebab ngilu
Lipatan cemas mulai menguap
Bayang merintis utuh
Nelangsa runtuhkan batin yang miris
Sesampainya mencari dinding sejenak
Entah mengapa
Fajar terlalu lekas luntur pada harinya
Kendati gelombang pada dada
Terlampau puncak untuk dipadamkan
Atas dupa yang segar terbakar
Biar aku menelan pedihmu
Renggut luka yang merayap pada parasmu
Biar aku urai seluruh hangatnya bumi
Di saat kutemukan dingin menyelimutimu
Biar aku menjelma noktah kecil
Geming temani setiap malammu
Biar aku saja
Seorang
Ya~
Disamping Ibumu
Ditengah keluargamu
Disamping doa bagimu
Dibawah kuasa-Nya;
Bagimu
Maka bila musim yang pekatkan jiwa
Jadi bejana pilu sarat sujud
Sedang hari terus berjalan
Kuatlah
Sebab terang tengah menanti kita
Di sudut bibirmu yang merah
Kasih
Note:
Untukmu Kokokku Tersayang
Lekaslah Pulih:)
Comments
Post a Comment