Seluruh Hidup Memiliki 'Tapi'

Ah biarlah. Ada baiknya kulepaskan saja seluruh peluh ini. Toh rasanya penantian ini tak mengenal habis. Jiwaku terlalu lelah untuk memanggilnya kembali. Tapi, seluruh yang di muka bumi ini selalu memiliki 'tapi'.

Bila fajar menyingsing lebih lekas, tak apa. Bila seluruh udara menghampa, tak apa. Bahkan bila seluruh tanah runtuh menuju pusat keberadaan bumi ini, tak apa. Aku telah mati. Terlalu mati untuk melihat pelukmu yang hangat menyelimutinya. Terlampau hanyut dalam pesakitan hanya karena melihat ciummu yang mendarat di keningnya. Ah surga, dimanakah kau berada? Bawalah aku, rengkuhlah aku, antar aku ke dalam hamparan putih yang sebelumnya kumimpikan. Putih yang kucari di setiap legamnya langkah ini.

Kupu-kupu hanya bertengger di kelopak bunga Mandevilla sanderi. Bunga yang mekar hanya pagi dan sore. Bunga yang tak pernah sekalipun kulihat mekarnya. Bunga yang keelokannya terampas oleh waktu dan gelap-teriknya langit.

Mungkin aku terlalu sering bermain dengan mimpi. Jauh dari deru prahara kemeranaannya hidup ini. Atau mungkin aku terperosok terlalu dalam, ke dalam palung yang kugali sendiri untuk tak seorangpun. Haha hidup hidup, mengapa kau begitu serakah untuk mengizinkan aku lupa ingatan atau sekadar mempersilakanku mati dari ketinggian hatinya yang tak pernah bisa kudaki? Aku ingin jauh dari bayang-bayangnya! Larut dalam kebahagiaan tanpa dibayang kasihku padanya! Haruskah aku bertekuk lutut menyembahmu hingga ubun-ubunku melekat dengan tanah dimana jantungku kelak habis dimakan belatung?! Aku jenuh, hidup!

Aku tak lagi menyayanginya. Ya itulah yang terus kukatakan sedemikian rupa untuk meninggalkan kelamku dulu. Tak mengenal cinta. Tak mengenal pria. Tak mengenal kelaknatan mereka. Tak mengenal kebangsatan yang baru kulalui. Hidup setiap insan memiliki rahasia dan begitupun aku mengerti setelah aku mengalaminya. Memiliki lembaran yang kuhitamkan namun tak pernah bisa tersobek. Bagian terapat yang hanya diketahui beberapa orang dan Tuhan. Sebuah jejak yang ingin kubisukan sampai darahku membeku di kemudian hari.