Bocor
Langkah waktu terus melekuk
Tak mengenal usia
Sesampainya ada sebuah patahan
Derak ngilu yang kembali menggema
Pertanda lara dalam ragawi
Bernyanyi
Kerumunan merah berlarian
Kaki-kaki napas jadi semakin pendek
Sebabkan perih pada seseorang
Dimana tak satupun mengerti
Sedang apa merah di dalam sana?
Detak yang berdentam semakin kencang
Pudarkan senyum beliau
Runtuhkan kesanggupan yang melihatnya
Hingga ia harus terbaring
Terbaring lemah
Dalam bangunan bernama rumah sakit
Bocor
Begitu mereka menyebutnya
Jantung? Bocor?
Begitu aku menyebutnya
Wahai dunia
Apakah tak kau timbang
Garam dalam samuderanya telah sedemikian cukup?
Apakah tak kau renung
Hidup telah terlalu pekat
Tanpa harus tenggelam dan menari
Di antara noktah-noktah pesakitan?
Apabila
Suatu hari di bawah terik matahari
Atau temaram bulan
Bahkan, atau tanpa keduanya
Sebuah dimensi tak terduga
Membawa laskar merah berlarian kembali
Jangan biarkan ia mengernyitkan dahi
Lepaskanlah rusuknya tanpa aduh
Melainkan doa
Akan tetapi...
Kali ini
Selamatkan canda tawa beliau
Selamatkan cakrawala pada bola matanya
Selamatkan dari embun bersajak yang membebaninya
Tuhan
Izinkan peluru harapan keluargaku
Bangunkan jiwanya
Jiwa yang tengah berdiri
Pada garis tepi putus asa
Bahwa kami masih
Dan masih
Dan masih
Jauh teramat masih
Ingin mengeja hari bersama letihnya jantung itu
Note:
Untukmu Papa, Tuhan memberkati selalu
Untukmu Papa, Tuhan memberkati selalu
xoxo
Comments
Post a Comment