Pendar yang Tersulut Kembali

Pelan berdetak di sudut serambi hati
Legam yang terbakar masih tersisa
Terus menari di depan rusuk yang menggelepar
Bersama gerhana sunyi yang merayap
Saja untuk memuntahkan tahun-tahun jahanam

Uh, kau apakan lagi aku?

Noktah perak terpetakan di lembaran langit
Sayup merambat di tengah alur yang memudar
Garis-garis terlajukan membentuk palung
Palung sajak yang tak pernah kupijaki dasarnya

Beginilah tangis yang melulu dan menua
Pecah dalam jarak yang menelan gema
Fase pelumpuhan jasad bernyawa laksana derita
Raih keping demi keping dari gelak rinai yang tersisa
Jika saja seluruh kedatangan mampu diterka
Akan tak meradang aku, terbengkalai sebegini renta

Tatkala bumi tak bulat sedia kala bak sanubari terkurung
Binasalah segala tanah dan perih yang mengandung
Kecintaanku yang gemuruhnya melekuk lembayung
Epos, ya sebuah epos mendung
Tentang denyar keruntuhan setiap inci bilik jantung
Oleh tiada sembuh yang senantiasa berkunjung

Candu ini ingin mengadu
Bahwasanya sesekali aku merindu
Sebagai biduan sarat coba 'tuk berlagu

Kendati membayangkanmu sering terlewat rancu
Untung, remuk pikiran ini masih terselamatkan raga
Kendati kau sempat memandikanku terang yang satu
Ialah tak tersangkal seluruh darinya dominan gulita

Seluruh mata ini membunuh cerminan nan peluh
Yang terlukis pada permukaan sungai begitu keruh
Bergeming di bawah bulan yang angkuh
Seolah mempersembahkan diri yang mutlak patuh
Terhadap pemberi pesakitan paling aduh

Pekatnya lara masih mampu mengeja namamu
Kilat akan jejakmu enggan meluntur
Lipatan waktu telah melewati empat puluh bulan
Ingkaran gubuk relung ini sudah untuk kesekian kalinya
Dan gigilku telah terlewat rapuh demi merintih

Gapailah dentuman yang berpijar ini
Cih, aku tahu kau masih mendengarku meratap disini
Wahai engkau yang membeku dan menulikan diri
Alam sekitarku muak melahap kisahku setiap hari
Tak kau kasihanikah hulu tak bermuara ini?

Tuhan
Lekangkanlah ingatanku tentangnya
Ingatan tak bermata penuh tangis
Sesegukan tak terbatas

Betapa lapuknya serabut benci yang kulayangkan
Sedang begitu tunggal setia tak bernama ini
Sementara ia terlalu seharga matahari untukku
Kurasa karsaku tak lebih dari debu untuknya

Rindu oh rindu
Bagaimana bisa aku melenyapkan yang tak nyata?

Comments