Sajak Berai
sore itu hanya ada kita
berdiri sebagai bayang-bayang harapan
saling memunggungi luka
di bawah redupnya pohon ingatan
langit tampak sendu
giat melukis hujan dan sajak
entah berapa kali terdengar decak
bahwa yang ingin ia luruhkan ragu
akan mengalir kemana gugurnya kenangan yang tak pernah tercipta ini?
siapa yang akan membawanya?
***
bahkan rindu tak kuasa
rekatkan potongan cerita
yang dulu ataupun nantinya
tiada pernah sekalipun mengudara
karenanya
aku tak lebih dari sajak berai
tergeletak di bawah kaki meja
menghirup sisa udara penuh sendu
yang ditinggalkan sore tanpa senja kala itu
berdiri sebagai bayang-bayang harapan
saling memunggungi luka
di bawah redupnya pohon ingatan
langit tampak sendu
giat melukis hujan dan sajak
entah berapa kali terdengar decak
bahwa yang ingin ia luruhkan ragu
akan mengalir kemana gugurnya kenangan yang tak pernah tercipta ini?
siapa yang akan membawanya?
***
aku sungguh berharap tiada mata yang menyaksikan betapa patahnya hatiku dalam sunyi panjang dan kelam tanpa muara setiap kali aku menatapmu yang juga tengah menatapku di antara garis yang diharamkan oleh segala bentuk kerisauan manapun hanya karena kita merupakan sukma ganjil yang kelak tentu akan menjelma malapetaka bagi bibir para pengaku hakim seandainya aku terlampau berani menelanjangi hati nan merah ini terhadapmu
***
rekatkan potongan cerita
yang dulu ataupun nantinya
tiada pernah sekalipun mengudara
karenanya
aku tak lebih dari sajak berai
tergeletak di bawah kaki meja
menghirup sisa udara penuh sendu
yang ditinggalkan sore tanpa senja kala itu
Comments
Post a Comment