Ragil, Hidup Selalu Kabut
jejeran lampu mobil tampak tak terhitung jumlahya di hadapan kita yang sedari tadi geming usai satu dan lain hal sepele kita perdebatkan hanya karena tak sepaham walaupun kita mengerti bahwa pada dasarnya pandangan ini bukan soal siapa salah siapa benar namun siang telah mereguk sabar dan pengertian sampai akhirnya kita terjebak dalam diam juga kemacetan yang hanya dipecah oleh suara parau penyiar radio menyampaikan salam-salam para pendengar lalu diselang lagu-lagu yang menyimpan begitu banyak kenangan tiada habisnya sehingga entah bagaimana lidah-lidah api yang berkecamuk dan meradang di dadaku mulai melayu digantikan sesuatu berbau kabur menyadarkan betapa manisnya perselisihan tumbuh dalam perjalanan-perjalanan semacam ini yang niscaya menjelma rindu tatkala jarak sekadar menyimpan doa dan ingatan ranum beserta karsa-karsa bisu yang jelas kubenci
sepertinya kita memang batu mandul yang menistakan pembebasan hati dan gemar melahirkan gersang yang melukai diri
maka kutuliskan semua ini sebab kutahu betapa lelahnya memikul diam dan kuharap kita kembali jadi kelereng warna-warni yang paling sanggup untuk disalahartikan
***
May 29, 2019
Dear Ce Ogi,
Berangkat dari pengetahuan yang sangat minim tak membatasi kita untuk saling belajar mengeja dan mengartikan dinding kehidupan satu sama lain. Kukira begitulah memang sifat dasar makhluk hidup. Dilahirkan untuk belajar. Demikian surat manis bersamaan kumpulan puisi cinta yang marah mengingatkanku agar menimba ilmu, tepatnya 2 tahun lalu.
Sebelumnya, kuhaturkan maaf atas keterlambatan kado kecil ini. Semoga berguna di setiap masa penulisan, pekerjaan, dan peminatanmu lainnya. Ataupun sebagai sekadar kawan yang menguatkanmu pada setiap perjalanan dan pendakianmu. Kau tahu, bukan? Hidup selalu kabut dan menyimpang banyak jurang tak terduga. Bahkan malam paling damai sekalipun sanggup mereguk menjadi titik-titik kepedihan hingga tak mampu ditanda suara.
Selamat ulang tahun, cece. Jadilah lentera dan kuat sebagaimana yang kau yakini. Jangan biarkan norma dan rasa skeptis apapun membatasimu hanya karena kita perempuan. Tetaplah menulis dan menginspirasi tanpa batas. Semoga segala doa dan cita-citamu dikabulkan. Amin.
XOXO
avec amour
***
tak ada yang lebih pilu
menyaksikan ranting-ranting menua
berdarah melawan deru angin
atas hidup yang sejatinya
adalah soal bertahan
Comments
Post a Comment