Mati tapi Tidak Mati

Sudah dua hari saya bolong. Hilang dari permukaan blogger. Alpa sebab alasan-alasan bodoh. Bacaan yang harus habis dalam satu minggu juga masih kejar tayang setengah mampus. Biasanya masih bisa nonton dua sampai tiga episode K-Drama, sekarang hanya sempat mendengarkan soundtrack-nya saja. Buku-buku yang terbaring manis di atas meja samping kasur bahkan telah bertumpuk. Juga buku-buku itu seringkali menangis tatkala saya langsung merebahkan diri di kasur dan bertamasya ke dunia mimpi tanpa mimpi.

Kendati demikian, saya enggan mati walaupun sebenarnya saya nyaris mati untuk sesuatu yang ugh benar-benar bikin mati.

Begitu banyak keinginan berpendar dalam diri saya. Namun, ada masa saya juga ingin keluar dari lingkaran dimensi waktu meninggalkan semuanya, mengingat waktu tak pernah berjalan dua arah. Setiap kali mentari menyapa dari balik jendela, saya sadar telah terjebak dalam kerangka waktu. Waktu yang sama dengan malam-malam bajingan sebelumnya, membelenggu sadar atas kepingan-kepingan pikiran dimana hari demi hari berganti jadi musim kemudian menjelma tahun dan seterusnya dengan nilai yang sama.

Nilai yang saya pandang sama ini bisa jadi berubah. Juga oleh waktu. Sebab ada kalanya saya lupa dengan sebenar-benarnya terhadap perihal ini yang walaupun sedemikian rupa telah bernapas dan mendiami benak saya sebagai rumahnya. Entah karena apa. Mungkin karena saya merasa nyaris mati tapi enggan mati sehingga berusaha untuk tidak mati.


dihitungnya lagi tebaran cahaya di angkasa
mereka kira ia tengah berdoa
agar jatuh dalam genggaman tangannya

tapi siapa tahu
ia tengah membunuh waktu
menanti ayahnya yang telah jadi abu

Comments