Kenyataan dalam Semu
Aku mengembunkan segalanya, semuanya. Membiarkan kesemuan tergambar pada mata mereka tanpa memperlihatkan aku dengan sungguh nyata seutuhnya. Setiap kali aku menghapus embun itu, setiap kali itu juga aku terhapus oleh embun itu. Dunia tak berpihak padaku, kenyataan tak memberikan harapan bagiku, dan aku tak mampu melakukan apapun selain bergeming.
Terlukis dalam kemuraman tak menghentikan nafasku untuk menghadapi semua ini. Menganggap semua menjadi biasa dalam kebiasaan. Tidak ada kepasrahan, namun tak ada semangat jua. Hanya ada kesendirian, tak lain yaitu diriku. Aku. Seorang.
Tak salah dalam kesendirian membuat tak benar adanya aku dalam kebersamaan. Bersama orang yang menatapku dari segala sisi dengan sudut pandang mereka, mengharuskan aku mengacuhkan mereka dengan sungutan atau sumpahan mereka atas diriku. Ketidakbisaan mengubah pemikiran mereka tentang aku, tak menginginkanku menjadi seorang munafik. Aku sungguh tidak tertarik. Hidup dalam kepalsuan tidak menyenangkan, seperti terbungkam dan lumpuh dalam cermin.
Sejujurnya aku tak mau, namun aku telah dihidupi oleh bayangan hitamku. Aku mengadu dan bersembunyi pada bayanganku sendiri yang memberiku kehidupan dan tempat selama ini. Inilah kenyataan yang aku miliki, layaknya tinggal dalam laut yang terus terombang-ambing dan disapu ombak yang tak habisnya menghantam karang. Sungguh kesemuan ini memang tak pasti dan telah membodohiku.
Terlukis dalam kemuraman tak menghentikan nafasku untuk menghadapi semua ini. Menganggap semua menjadi biasa dalam kebiasaan. Tidak ada kepasrahan, namun tak ada semangat jua. Hanya ada kesendirian, tak lain yaitu diriku. Aku. Seorang.
Tak salah dalam kesendirian membuat tak benar adanya aku dalam kebersamaan. Bersama orang yang menatapku dari segala sisi dengan sudut pandang mereka, mengharuskan aku mengacuhkan mereka dengan sungutan atau sumpahan mereka atas diriku. Ketidakbisaan mengubah pemikiran mereka tentang aku, tak menginginkanku menjadi seorang munafik. Aku sungguh tidak tertarik. Hidup dalam kepalsuan tidak menyenangkan, seperti terbungkam dan lumpuh dalam cermin.
Sejujurnya aku tak mau, namun aku telah dihidupi oleh bayangan hitamku. Aku mengadu dan bersembunyi pada bayanganku sendiri yang memberiku kehidupan dan tempat selama ini. Inilah kenyataan yang aku miliki, layaknya tinggal dalam laut yang terus terombang-ambing dan disapu ombak yang tak habisnya menghantam karang. Sungguh kesemuan ini memang tak pasti dan telah membodohiku.
Comments
Post a Comment