Ketidakrelaan

Mencoba memahami keadaan segalanya meski ku sadar itulah yang menghancurkan setiap sudut relung ini. Aku terpaksa menyerahkan satu-satunya yang kumiliki. Harus kupertaruhkan. Untuknya. Untuk senyumnya. Sejujurnya aku tak mau, namun keegoisanku tenggelam. Ditenggelamkan oleh ketidakrasionalan, oleh kegilaan, oleh ketololan yang kumiliki.

Namun ada satu pintaku. Pergilah, menghilanglah, lenyaplah bersama cinta seorang perempuan itu. Karena aku tak pernah sanggup melihatmu tersenyum untuknya. Setiap senyum itu mengiris, menyayat secara perlahan hati ini. Memberi goresan yang tak hanya satu, tapi banyak. Sebanyak senyummu untuk seseorang, dan hal yang paling menyakitkan adalah orang itu bukan aku.

Tapi pernahkah kau tersenyum untukku? Pernahkah kau menyadari senyumku untukmu? Mungkin tidak. Aku tidak bisa menyalahkanmu seutuhnya yang enggan melirik, menoleh, bahkan menatapku. Kesalahanku memang membiarkan hati ini terus berharap pada ketiadaan.

Laksana malapetaka. Aku tak ingin menyayangimu namun tak bisa membencimu! Sungguh ada ketidakrelaan yang tersisa dalam kepedihan ini. Sebuah ketidakrelaan yang harus kurelakan.

Comments