Rindu Yang Perih

Bodoh. Dekat hanya beberapa meter. Dekat hanya beberapa jam. Aku merindukan seseorang yang bukan milikku lagi. Hanya karena dekat aku menjadi bodoh. Pun gila.

Tak ada sesuatu hal indah yang pernah kulakukan bersamanya. Menginginkanku memutar kembali waktu hanya untuknya. Menjanjikan sesuatu untuk dilakukan bersama. Lebih dari sekadar diam. Lebih dari sekadar menatap. Lebih dari sekadar status yang berbicara. Andaikan, andaikan, dan andaikan. Itu yang terus terlintas dalam benakku. Tapi logika tetap mengingatkanku pada kesalahan sebelumnya. Pikiranku kembali berjalan untuk mengenyahkan perasaan konyol itu.

Aku bukanlah keledai dungu yang jatuh di lubang yang sama. Aku bukan anak nakal yang harus ditampar terlebih dahulu untuk belajar dari pengalaman. Cukup kebisuan yang pernah menggantung hati ini. Jangan lagi ada kebisuan kedua, ketiga, dan seterusnya. Namun kerinduan ini tak pernah bisa kutebak. Ada disaat sudah tiada. Datang kembali. Membuka lagi luka yang pernah ada. Bukan di raga ini, tapi jiwa yang di dalam diriku. Sungguh aku meringis dengan ngilu yang kurasakan. Memang hanya sekejap. Meskipun begitu, perihnya luar biasa menyakitkan.

Aku lelah. Aku tak berdaya. Tapi aku kecanduan atas rindu yang tetap membiusku. Dapatkah kulupakan sang kenangan yang pernah memilukan hati? Entahlah, namun aku tak ingin merasakannya lagi.

Comments