Pada Dadamu Aku Berteduh

Malam semakin larut, tak ada tanda-tanda kendaraan bermotor akan melintas. Jalanan begitu sepi hingga pikiran pun menjadi hening, serasa bumi berhenti berputar. Handphone yang sedari tadi digenggam, tak memberi harapan bahwa Davin akan datang.

Breeem...", suara sepeda motor sayup-sayup terdengar dari belakang. Hati Carina berdegup kencang, meneriakkan bahwa itu pasti Davin. Namun, suara yang semakin mendekat itu tak sama dengan motor Davin. Tunggu, ini bukan hanya satu motor. Tapi ...

***

"Kita ke pantai yuk! Aku lagi pingin denger suara ombak aja sembari ngeliat matahari terbenam. Tapi aku cuma mau sama kamu, aku mau ngerasan dunia itu milik kita berdua biar cuma sesaat", ajak Davin.

"Apaan sih? Gombal banget deh. Kayak besok uda mau kiamat aja haha. Ya uda, sekarang aja biar masih sempat ngeliat matahari terbenam", kata Carina sambil menarik tangan Davin.

"Yah, jangan sekarang. Aku mesti antarin mama dulu ke Pasar Baru. Besok deh."

"Ya elah, gimana sih? Kamu yang ajakin, kamu yang gak bisa. Kalo emang gak bisa ya gak usah ngemeng dulu. Ini namanya PHP!", kesal Carina.

"Yah jangan marah dong. Iya, iya, sekarang deh."

Davin pun langsung tancap gas membawa Carina pergi ke pantai. Setibanya mereka di pantai, yang didapatinya pantai itu kosong. Seperti mimpi. Hanya ombak yang terkadang meninggi dan ranting-ranting pohon yang dibawa pulang oleh ombak ke tepi pantai.

Tanpa menghabiskan banyak waktu, mereka langsung melepaskan sepatu dan tas mereka. Mereka berlarian seperti Bollywood dan tak jarang dihiasi teriakan Carina sampai akhirnya Davin berhasil menangkap Carina dengan pelukannya yang erat. Setelah dirasanya cukup lelah, mereka memutuskan untuk duduk dan menikmati menit-menit selanjutnya dengan melihat matahari terbenam.

"Vin, kamu sayang gak sama aku?", tanya Carina sambil bersandar di dada Davin.

"Sayang dong."

"Kalo ada cowok punya niat buruk. Kamu marah gak?"

"Ya marah bangetlah."

"Kamu gak takut kalo ada ternyata dia bawa temen-temennya?"

"Enggak. Kan kamu cewek aku, uda sepatutnya aku lindungin kamu."

"Hmm Vin, kamu mau janji gak?", kata Carina sambil bangun dan menghadap Davin.

"Janji apa?"

"Jangan pernah tinggalin aku biar kita lagi berantem atau apapun itu karena aku gak sanggup ngehadapin dunia ini sendirian."

"Aku janji", kata Davin dengan lembut sebelum mencium kening Carina.

Iwa peyek iwa peyek, terdengar alunan lagu iwa peyek dari handphone Davin. Ternyata itu sms dari mamanya yang minta diantar ke Pasar Baru. Jika tidak, maka motornya akan disita dan mau gak mau besok Davin harus naik angkot.

"Car, aku antarin mamaku dulu ya? Kamu mau aku antar pulang atau mau tunggu disini aja?", tanya Davin.

"Yah Davin, kenapa harus pergi sih? Nanti aja dulu", keluh Carina.

"Aku gak bisa Car, ini penting. Aku gak bakal lama kok. Suer."

"Hmm ya uda, aku tunggu sini aja deh. Tapi, inget jangan lama-lama ya."

***

"Eh, ada cewek tuh! Suit suit", goda seorang lelaki ceking.

Lelaki itu bersama teman-temannya menghentikan motor mereka di depan Carina. Carina yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti dan bingung apa yang harus dilakukan. Jalanan itu nyaris kosong dari lalu-lalang kendaraan sejak 15 menit yang lalu. Jalanan itu hanya dihiasi dengan semak belukar di kedua sisi jalan.

"Wuih, kayaknya bukan anak sini nih! Boleh dong kenalan?", kata seorang pria gemuk yang berjalan mendekat sambil tersenyum nakal.

"Uda, lo mundur aja. Biar kasih yang tua duluan."

"Eh, yang tua ngalah dong."

"Ah gak usah basa-basi deh lo pada. Lo gak bakal bisa lari. Jadi kalo lo masih mau hidup mending lo diem aja", ancam seorang pria berotot sambil mendekat dan mencengkram tangan Carina.

"Lepas! Lepasin gak? Kalo enggak, gw teriak!"

Carina terus meronta sampai dilemparkan ke tengah jalan. Baru saja dia mau berteriak, salah seorang dari mereka langsung menutup mulut dan memegangi tangan serta kaki Carina. Tak lama, terdengar tawa mereka beradu dengan suara motor lainnya. Carina berharap itu bukan teman mereka lagi.

Namun, dilihatnya motor itu tidak menurunkan kecepatannya. Sebaliknya, ia menambah gas dan seolah-olah tak melihat mereka di tengah jalan. Tapi, Carina mengenal suara motor ini.

Davin! Ini pasti Davin! Tapi, apa yang dia lakukan?, jerit Carina dalam hati.

Entah dari mana Davin belajar atraksi dengan motor. Ternyata ia melakukan standing lalu menghantam segerombolan laki-laki itu dan menyebabkan beberapa dari mereka pingsan dan lainnya berdarah. langsung saja Davin menghentikan motornya dan berlari ke arah Carina.

"Car, kamu gak apa-apa?", tanya Davin sambil membantunya bangun.

"Davin? Ini kamu? Beneran?", tanya balik Carina dengan penasaran. Karena yang ia tahu, Davin tidak bisa melakukan atraksi itu. Terakhir kali saat Davin mencoba standing, ia berakhir di rumah sakit dengan bibir dower, 19 jahitan di kepalanya, dan ucapan duka cita dari opungnya karena dikira sudah mati, padahal hanya koma sehari.

"Iya, Carina. Kamu gak apa-apa kan?"

"Iya Vin, aku gak apa-apa kok."

"Maafin aku ya", kata Davin sambil mendekatkan kepala Carina ke dadanya, " coba aku datang lebih cepat. Kamu gak bakal digangguin sama preman-preman ini."

"Gak apa-apa Vin, ada kamu disini aja aku uda lega. Karena cuma pelukan kamu yang menjadi perlindungan buat aku. Makasih ya, Davin", kata Carina sambil menengadah ke atas, menatap Davin yang akhirnya mengecup kening Carina.

1349595192131685990
Ilustrasi (sumber: sarapan.info)

Comments