Rindu Di Belakang Dia
Kerikil sekadar batu kecil
Jahanam sekadar keparat
Mati sekadar doa
Kabar buruk bagi yang disana
Namun
Benarkah surga begitu suci
Sampai mengenyakkan sanubari
Hingga dusta diujung lidah
Tentang dada merindu gulana
Matilah aku
Waktu sedang tak bersama
Tetapi berahi 'tuk mendekap
Sebatas kata
Dimana kamu?
Sebuah tanya dan gundah
Mengulum serpihan ngeri
Menyeringai relung bekas bertuan
Terkadang benang menyimpul
Debu membutakan pandangan
Rentetan derita membikin tangis
Bahkan badai siap menjadi petaka
Merasuki raga untuk bersungut
Sebab kita tak pernah tahu
Kapan ombak akan berhenti menderu
Menyanyikan senandung
Atas nama purnama
Yang seharusnya datang memeluk
Pulanglah
Senyum saja cukup
Sebab tawamulah paling terang
Ah semakin mendahaga aku
Merah dan darah
Tak terpisahkan
Sayang, hanya hadir
Di kala luka
Demikian
Mestikah aku bersimpuh darah
Menjadi jasad
Agar kamu mau pulang
Ya bila itu kamu masih mau bertemu aku
Jangan
Aku belum siap
Izinkan aku menatapmu
Walau dibalik bayang dirinya
Dengan sebuah terang
Yang terparkir di dasar tebing
Yang tersingkap dengan perih
Yang mengundang rindu kembali
Memaksa tetap hidup
Tak ada lagi telaga
Habis sudah ruang kosong
Hasrat pun terpendam
Melebur karena dirinya
Disampingmu
Ilustrasi (sumber: azkia-04.blogspot.com) |
Comments
Post a Comment