Lembaran Tiada Nama (4)

Dok. Pribadi
oh gadis, ia tak pernah membukakanmu pintu. ia selalu meletakkan tas di punggungnya tatkala memboncengmu sebab ia menganggapmu sekadar kawan. rasa ingin tahunya hanyalah tinggi terhadap orang baru sepertimu. setidaknya, ia perlu tahu apakah kau pantas atau tidak untuk berada di dekatnya. ia bukan lelaki sembarang. camkanlah itu.

***

kita dihimpit oleh ruang yang kecil
oleh mata yang menyimpan curiga akan kita
dan karenanya aku belajar mengabaikanmu sebagai terkasih
sembunyikan segala hal dalam bisu

tapi terkadang kau bertanya
mengapa aku tak mempertanyakan
mengapa langit begitu mendung
atau aku begitu dingin terhadapmu yang begitu hangat

kujawab dengan dusta
sebab kutakut akan hati yang bisa jatuh kapanpun

***

attends, quoi?

sekali lagi, bukan maksud untuk mengabaikan sebab sesungguhnya aku ingin duduk menemanimu. namun, bukankah itu lebih mengherankan lagi? pertanyaanmu akan terus tumbuh tatkala kujelaskan hanya ingin duduk diam menatapmu. lantas, haruskah kukatakan seluruh yang sebenar-benarnya kepadamu? bukankah itu tak mengandung kepentingan bagi dirimu perihal isi relungku untuk mendengarkannya? entahlah, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tak mengabaikanmu. itu saja. aku heran bagaimana bisa semua tampak sebaliknya dimatamu.

Comments