Perasaanku

Aku sungguh meminta maaf atas perasaan ini, aku sadar kalau kamu sudah mempunyai seseorang yang bisa selalu menemanimu untuk waktu yang cukup lama, tapi aku nggak salah 'kan selama aku nggak menggangu kamu dan orang yang berharga buat kamu itu?

Apa salah kalau aku memedam dan nggak menyatakan perasaan ini ke kamu? Maaf kalau terdengar gombal, tapi aku memang pecundang, aku terlalu takut untuk mengatakannya. Mungkin bukan takut mengatakannya, tapi takut mendengar keputusan yang akan kamu katakan. Aku kehilangan cinta pertamaku karena sifat aku yang menyebalkan ini. Aku seorang perempuan yang penuh dengan gengsi tapi dibayangi dengan penyesalan juga. Bukannya aku sok tahu, sok iye, sok cantik, tapi memang beginilah aku yang sebenarnya. Diri yang aku benci juga karena aku kasian dengan kelakuanku sendiri.

Sampai detik ini, aku juga masih bingung antara suka atau hanya mengagumi kamu. Kamu punya prestasi yang mengagumkan, sedangkan aku? Hahaha, jangankan prestasi, aku saja malas untuk berusaha. Secara fisik, tinggi kamu juga benar-benar melebihi standard untuk kapasitas laki-laki Indonesia, mungkin tinggi kamu setinggi kokok aku. Tapi aku, cadel, pendek, bantet, jayus, tolol, judes, kelaki-lakian, dan masih banyak lagi yang minus! Garis besar, aku bukanlah perempuan yang pantas berdiri untuk menopang dan mendengarkan keluh kesahmu.

Aku nggak mau di judge sebagai pihak ketiga karena aku juga nggak mau kalau misalnya aku menjalani hubungan terus retak hanya karena pihak ketiga. Tapi two thumbs up buat kamu yang bener-bener setia dengan dia. Aku juga berharap aku bisa menemukan orang yang setia seperti kamu. Orang yang humoris, tapi tegas. Tapi, mustahil bisa menemukan sosok yang seperti dirimu.

Entahlah, apa yang harus kulakukan. Menangis kah, tersenyum kah, atau tertawa bersamamu dengan kepahitan yang tak terobati di dalam hati ini! Mengapa aku harus bertemu denganmu dalam keadaan yang seperti ini? Sungguh, aku speechless!!!!!!!! Aku masih mengingat saat MOS season Living Values yang dibimbing oleh Pak Theo, ada kalimat "Tak Seorang Pun Berhak Atas Air Matamu" dan kenyataannya memang benar, air mata ini hanya berhak untuk diriku sendiri, atas diri yang begitu penuh senyum palsu dalam sandiwara yang enggan ku perankan ini!

Tapi, sudah mengenalmu dan kamu mengenal aku, itu adalah hal yang cukup membahagiakan. Bertemu denganmu sebagai kakak kelas yang sangat menghormati dan menghargai agama lain tanpa melecehkannya, aku sangat bersyukur. Sekarang, aku hanya bisa berharap yang terbaik untuk kamu. Maaf ya kak, aku ngomongnya pake 'kamu'.

Aduh, masih bau kencur begini tapi sudah ngomongin cinta-cintaan, hahaha! Tapi, namanya manusia yang punya perasaan, cinta bisa datang dan pergi secara tiba-tiba, tanpa memandang suku, agama, ras, umur, uang, dan lain-lain. Aku memang sudah dibutakan karena cinta, dan aku juga sudah dibuat kecewa karenanya.

Sumber: Facebook, Agustus 3 2010

Comments