Enam Retak Jelma Tujuh

Dok. Pribadi
semesta begitu luas dan hebat dalam melahirkan semacam kegilaan yang kita temui berulang kali. bukan untuk dipahami melainkan untuk dialami. dalam suatu masa akan selalu ada perasaan yang menuntut, dan di masa lain akan ada perasaan yang paham dengan sendirinya.

kesalahan ini milik siapa? apakah benar waktu yang adu domba seluruh kecamuk di dada? menjadikan seorang begitu lalai dalam menjalankan tugasnya, yakni menjaga dan menyembuhkan diri? bagaimana bisa ia yang hanya berjalan satu arah melahirkan segala pelik tanpa tepi bagi siapapun yang berjalan di dalamnya? dan mengapa ia membatasi kita dalam ruang yang menyisakan penyesalan beserta lara? ah, layakkah waktu dipersalahkan membabibuta seperti ini? apa yang salah?

barangkali aku. insan yang selalu saja jatuh pada orang yang salah. bukan terhadapnya yang sama, tapi terhadap yang kesekian kali salah. tampaknya aku harus mulai belajar untuk menahan diri agar tak menulis tentang siapapun. sebab dengan cara itu aku biarkan diri tenggelam ke dalam palung yang lagi-lagi tak kutemui dasarnya dan mengapung di atas kesesakan.

namun terhadapnya saja semua masih berserak dan penuh debu di rusuk gulita. kadang aku masih merasa berada di bawah kaki langit yang merah, yang diam-diam ingin berlari mendekati jendela demi melihat punggungnya. ya, sekadar punggungnya saja.

sekalipun enam tahun setengah bergulir, aku, terhadapnya, ada yang berubah dan ada yang tidak. hal yang tidak berubah adalah hal yang menjadikan kami tak sama dan tak akan pernah sama, mengingat ketidakmampuan kami untuk mengubah segalanya bernilai sama. sementara hal yang berubah adalah keberadaan kami satu sama lain. keberadaan yang tak lagi sama dan tak akan pernah kembali sama.

meskipun begitu, izinkan aku menyapamu lagi. apa kabar, Sayang? enam mulai beranjak menjelma tujuh dan aku seakan makin candu akan kehilangan semacam ini. kapan aku bisa menjemput sebuah sajak di kotak pesanku? adakah labirin yang masih tersisakan bagiku untuk kau ingat di kemudian hari ketika rambutmu mulai memutih?

aku harap kau masih mengingat semuanya.

Comments