Lembaran Tiada Nama (6)

Dok. Pribadi

aku akan mengalahkanmu, dalam hal memasak sampai kau mencari masakanku. ya, tentu, kau akan mencariku suatu hari nanti.

***

ia baik. terhadap semua orang. dan itu yang membuatku skeptis.

ia mengusahakan yang terbaik hingga terkadang lupa waktu untuk beristirahat. bahkan ketika pagi itu aku mendadak mengabarinya untuk berangkat lebih awal dan memang kami tiba begitu awal sampai kutawarkan padanya dua bungkus green coffee blend sambil mengerjakan tugas piket kebersihan.

sekembalinya ke ruang kerja, mereka duduk bersebelahan. cukup dekat mengingat fokus pada hanya satu komputer jinjing. mereka bekerja dan demikian pula dengan aku. aku melempar pandanganku melulu hanya pada monitor, keyboard, sandal, dan ce mel atau ce ogi.

aku baru menyadari bahwa siapapun yang memiliki hati senantiasa menyimpan api pula. entah sekecil apapun gelombang itu, ia akan sanggup mengalun melewati puluhan hingga ratusan senja yang menyala paling merah. terbakar menanti hari yang tak pasti untuk meredamnya.

***

beberapa hari kulewati tanpa menulis tentangnya. aku mulai terbiasa dengan menjadi begini. ya, begini. bukan begitu atau bagaimanapun lainnya.

aku memberinya kopi dalam kemasan botol sampai suatu pagi di tengah kesibukan yang menjadikan semua orang tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing, ia mendadak bertanya berapa harga kopinya. oh mon dieu, how annoying it was. bukan hanya bertanya tapi juga mendesakku untuk menyebutkan harganya, mengapa tidak ada struk sampai aku bertukar pandang dengan seorang senior di depanku dan kami saling melempar senyum 'nih orang bisa ngeselin juga' satu sama lain.

sepulangnya, kami mampir ke sebuah Nike Factory Store untuk mencari sepatu hitam. completely black without any colors. guess what? stock model yang ia cari not ready yet dan ia enggan menunggu, lantas ia mencari sepatu lain sementara modelnya terbatas untuk sepatu berwarna hitam. setelah mondar-mandir sana-sini, akhirnya ia membeli yang berwarna abu-abu. warna terang memang mudah kotor, tapi sekarang sudah ada toko pembersihan sepatu kalau tidak mau repot bersihkan sendiri. ah, sepertinya aku harus mengajaknya sesekali.

Comments