Surat Kecil untuk Ko Rustan
Dear Ko Rustan,
Sebab sebuah pesan kecilku terhapus di atas bolu tadi, maka izinkanlah aku untuk menulis kembali. Menulis untukmu.
Karena aku biasa menyebut mereka yang kepadanya kutuliskan surat-surat seperti ini dengan 'kamu' ataupun 'kau', lantas aku ingin juga menyapamu sama sederhananya. Sesederhana hujan yang meninggalkan embun di permukaan hati dan terekam oleh waktu. Sungguh tiada maksud lancang selain kehendak hati untuk menulis lebih lapang terhadapmu.
Aku melihatmu menangis. Kau tahu, aku sempat merasakannya. Perpisahan yang sendirinya merupakan cara untuk bertahan. Maka, berbahagialah bila kau menemukan dirimu menangis. Sebab menangis adalah bagaimana kita selayaknya merayakan kehilangan. Bahkan alangkah baiknya jikalau kau dihantui oleh ketakutan. Karena itu berarti kau sadar tentang apa yang sesungguhnya tengah kau hadapi. Demi Tuhan, aku juga tak pernah menginginkan perpisahan. Tapi, dulu aku bisa apa? Berpisah maupun bertahan itu sama sulitnya, terlebih ketika kau dapati bahwa hidup ini adalah soal bertahan. #omigotbapergue #soricurcol
Aku sedikit sangsi mengurai kata demi kata mengingat belum genap tiga bulan kita saling mengenal. Tampaknya waktu melipat hari demi hari begitu singkat sampai dalam rentang waktu tersebut kita hanya bisa pergi karaoke satu kali saja. Kendati demikian, ada begitu banyak gelak tawa yang kau lambungkan. Oleh karenanya, kucoba menyusuri ingatan lemahku untuk menemukan beberapa potong yang sekiranya masih kau ingat.
Salah satunya adalah pertama kali kau coba membullyku dengan suaramu yang pelan tatkala kita duduk berdua di bagian belakang mobil. Perjalanan panjang yang dipenuhi cela dan tawa bersama Ce Ogi en de geng. Betapa bersyukurnya aku bisa pulang dengan selamat mengingat dosa yang kita hamburkan sepanjang jalan gelap itu.
Pun ketika satu malam yang dingin di Malino. Kita beserta bulliers lainnya terjaga di tengah malam sampai kita harus berbagi selimut membungkus tubuh yang gigil. Namun, kau masih mampu mengundang senyum dalam kegelisahan apapun. Maka, aku berharap agar kau sudi untuk senantiasa menyimpan kehangatan semacam ini.
Tak jadi masalah jikalau kau mencela tulisan ini sebab pada akhirnya kau takkan bisa membullyku lagi. Mungkin bisa walaupun sebaiknya tidak. Jadi, biarlah sedikit doaku menutup tulisan ngalur-ngidul ini. Semoga kau semakin sukses dalam karier, menemukan jodoh di tahun ini, dikuatkan dalam menghadapi segala kesulitan, dan diberkati setiap langkahmu untuk kedepannya.
XOXO - Makassar, July 31 2017
Comments
Post a Comment