Gerimis Terakhir di Jakarta

Identic Coffee (Dok. Pribadi)
Hari ini adalah hari terakhir saya di Jakarta.

Berat bagi saya untuk menulis kali ini. Sebab seluruh cerita di bawah langit biru, gerimis hingga hujan, dan senja atas nama Jakarta harus segera berakhir. Jikalau pada tulisan-tulisan sebelumnya saya menjelaskan perbedaan orang Indonesia dengan orang Jepang, sekarang adalah giliran perbedaan orang Banjarmasin dengan orang Jakarta.

Ichi-san, mohon izinkan saya untuk menulis diluar topik minggu lalu.

Semua ini bermula dari obrolan ringan saya bersama Naatjen (sahabat asli batak asli gila dan asli keras) di sebuah coffee store daerah Cempaka Putih, bernama Identic Coffee. Sebelum kami berpisah, kami sempat memperbincangkan ritme kehidupan kedua kota ini yang berbeda 180 derajat.

Jujur, saya bingung harus memulai dari mana. Sesuai obrolan ringan tadi, kami mengawalinya dari UMP. Tentu UMP Banjarmasin jauh lebih kecil ketimbang Jakarta. Hal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain edukasi, sosial budaya, dan pola pikir masyarakat setempat. Atau, bahkan sistem pemerintahan per daerah.

Dampaknya pun bukan hanya UMP, namun juga soal karakter. Pergaulan di Jakarta terkenal dengan kehidupan yang dinamis dan keras. Mungkin tidak semua warganya keras mengingat lapisan elemen di kota besar ini beragam, entah itu berasal dari etnis, agama, kelas sosial, atau kepentingan golongan tertentu. Positifnya, terbentuk mental yang kuat dan tahan banting, juga keragaman ini mengajak kita untuk berpikiran terbuka dan berjiwa kompetitif. Namun, di sisi lain hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial ekonomi yang memicu berbagai tindak kriminal dan melahirkan pribadi yang individualis, serta rendahnya sikap toleransi.

Sebaliknya, budaya kota Banjarmasin yang masih kental mengukuhkan sikap kepedulian mereka terhadap sesama tapi menjadikan mereka kurang mampu bersaing dengan kota lainnya dan sulit untuk berkembang.

Untuk kedepannya, tentu saya harap agar kedua kota ini dan kota-kota lainnya berubah semakin baik di segala aspek dan menjadi kebanggaan tidak hanya untuk warganya sendiri, tapi juga untuk bangsa Indonesia.

Comments