"Share ke Tiga Orang"
Sebelum tulisan ini saya turunkan, sehari setelah permintaan Ichi-san, yang benar-benar saya bagikan adalah sebanyak satu orang.
Hari pertama dan di jam pertama, Ichi-san telah menanyakan saya beberapa hal yang sebelumnya tidak saya ketahui. Bahkan menanyakan apa saya sanggup membuat ini dan itu ketika jawaban yang seharusnya saya lontarkan adalah tidak bisa. Tapi, bukankah semua itu butuh proses? Bisa adalah sebab terbiasa.
Ichi-san meminta saya untuk berbagi mengenai pengalaman hari itu kepada tiga orang. Kemudian, hari itu ditutup dengan sebuah komik yang harus saya baca dan review untuk esok harinya. Saya iyakan untuk kedua hal tersebut, namun ternyata saya tak lebih dari seorang pembohong.
Keesokan harinya, saya gagal untuk menyanggupi permintaan Ichi-san. Bisa saja saya katakan 'Oh ya, saya sudah share ke tiga orang, kata mereka sih begini" dan "Tentu, saya sudah baca, komik ini membahas seperti ini, ini, dan ini." Tapi, bodohnya, saya malah mengatakan kebenaran yang melahirkan kekecewaan.
Dikatakan bahwa bila saya tidak mampu, seharusnya katakan di awal bahwa saya tidak bisa. Jangan ingkar janji. Saya sadar akan kesalahan yang saya perbuat tanpa perlu diperdebatkan kembali. Dan, inilah salah satu perbedaannya. Rasanya orang Jepang sangat memperhitungkan kata iya. Biar saya tak mengatakan saya berjanji, tapi mereka telah menilai itu sebagai janji yang harus ditepati.
Comments
Post a Comment