Tiga Buku Sehari

Segila-gilanya saya membaca, saya tidak pernah sanggup menghabiskan tiga buku dalam sehari seperti Ichi-san. Sebaliknya, malah satu buku paling cepat bisa memakan tiga hari dan biasanya itu adalah novel.

Namun, dalam dua hari yang Ichi-san pinjamkan ada dua buku. I can't tell you how desperate I was. Komik itu baru selesai saya baca satu bab tapi Ichi-san segera tambah kembali dengan buku non-fiksi. Ini pertama kalinya saya dipinjamkan buku oleh atasan saya dan dipaksa untuk membacanya dalam waktu singkat. Ugh.

Kendati demikian, satu hal yang saya sadari. Tanpa membaca, saya takkan pernah bisa menulis.

Izinkan saya untuk sedikit menggeser topik pembahasan. Saya teringat kembali pada Romo Abba, seorang Kepala Sekolah SMP saya yang pernah menjabat dalam kurun waktu periode tertentu. Beliaulah yang mengenalkan saya pada kecintaan sastra, dunia tulis-menulis yang saya cintai dan saya geluti hingga sekarang ini. Jika beliau tak pernah meminjamkan novelnya yang berjudul Garis Tepi Seorang Lesbian karangan Herlinatiens, maka tentu saya akan jauh dari gambaran duduk bersila di depan laptop menyusun kata demi kata yang seringkali dibakar untuk menciptakan estetika nan tunggal.

Jadi, tak heran bilamana Ichi-san memaksa saya membaca dan saya bersyukur karenanya (walaupun terkadang saya pikir saya bisa gila). Sebab saya meyakini bahwa yang Ichi-san lakukan juga untuk kebaikan masa depan saya. Terima kasih, Ichi-san.

Comments

  1. Hahaha bener banget tanpa membaca kita takkan tertarik bisa menulis ya, keep reading mak!

    ReplyDelete
  2. Iya mak Sandra, kudu keep reading haha

    ReplyDelete

Post a Comment